UDB Surakarta Selenggarakan Talkshow "Zero Tolerance" untuk Ciptakan Kampus Aman dan Bebas Kekerasan
-
Kategori:
Berita Universitas
-
Tanggal:
13 Mei 2025
Surakarta, 3 Mei 2025, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Duta Bangsa (UDB) Surakarta bersama Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKPT) sukses menyelenggarakan talkshow bertema "Zero Tolerance: Membangun Budaya Aman dari Kekerasan", yang bertujuan untuk memperkuat upaya pencegahan kekerasan di lingkungan perguruan tinggi. Acara ini berlangsung di Ballroom 1 Kampus Pusat Rektorat UDB dan dihadiri lebih dari 200 mahasiswa dari berbagai program studi. Talkshow ini digelar sebagai bentuk respons terhadap masih tingginya angka kekerasan, khususnya kekerasan seksual, di lingkungan pendidikan tinggi. Kampus semestinya menjadi ruang aman yang mendukung perkembangan intelektual dan emosional mahasiswa, namun kenyataannya masih banyak mahasiswa yang mengalami intimidasi, pelecehan, bahkan kekerasan yang berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental mereka.

Melalui kegiatan ini, BEM UDB dan Satgas PPKPT ingin membangun kesadaran kolektif bahwa kekerasan bukanlah persoalan individu semata, melainkan persoalan struktural yang harus diatasi secara bersama-sama melalui kolaborasi semua pihak di lingkungan kampus. Acara dimulai pukul 08.00 WIB dengan registrasi peserta, dilanjutkan dengan pembukaan dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta Hymne dan Mars Universitas Duta Bangsa. Talkshow dibuka secara resmi oleh Presiden Mahasiswa UDB, Ayyasy Ahmad Ar Royhan, serta Wakil Rektor III, Assoc. Prof. Dr. Rina Arum Prastyanti, S.H., M.H. Dalam talkshow ini, tiga narasumber kompeten dihadirkan untuk menyampaikan materi dari berbagai perspektif. Dr. Fatika Puteri Rosyi Prabowo, M. Biomed membuka sesi pertama dengan membahas dampak kekerasan seksual terhadap kesehatan mental dan fisik korban. Ia menjelaskan bahwa trauma seksual dapat memicu gangguan psikologis jangka panjang seperti depresi, PTSD, serta penurunan fungsi sosial. Dr. Fatika juga menekankan pentingnya dukungan lingkungan yang empatik, bebas stigma, dan mendukung proses pemulihan korban.

Pada sesi berikutnya, Dr. R. Taufiq Nur Muftiyanto, M.M mengangkat tema hypnotherapy sebagai pendekatan terapi untuk korban kekerasan seksual. Menurutnya, metode ini mampu membantu korban mengakses memori terpendam, menurunkan kecemasan, serta mempercepat proses penyembuhan emosional secara menyeluruh. Sesi terakhir diisi oleh Totok Wahyudi, S.Kep., Ns., M.Kep yang memaparkan secara rinci prosedur penanganan kasus kekerasan seksual di kampus. Ia menjelaskan alur pendampingan korban, mekanisme pelaporan yang aman dan rahasia, serta perlindungan hukum yang sesuai dengan Permendikbudristek No. 30 Tahun 2021. Totok juga memperkenalkan sistem pelaporan internal yang telah disiapkan oleh UDB untuk memastikan keadilan dan perlindungan maksimal bagi korban.

Antusiasme peserta terlihat jelas dalam sesi diskusi yang interaktif dan hangat. Mahasiswa aktif mengajukan pertanyaan, berbagi pandangan, dan berdiskusi tentang tantangan pelaporan, dinamika kasus kekerasan di kampus, serta strategi menciptakan lingkungan akademik yang inklusif dan aman bagi semua. Acara ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada para narasumber dan penghargaan kepada peserta yang paling aktif dalam diskusi. Sesi foto bersama menjadi penanda akhir kegiatan sekaligus simbol komitmen bersama untuk terus menggaungkan pentingnya pencegahan kekerasan di dunia pendidikan tinggi. Dalam sambutannya, Presiden Mahasiswa UDB menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seremoni, tetapi awal dari gerakan kolektif untuk mendorong edukasi, advokasi, dan tindakan nyata dalam menciptakan kampus yang aman, adil, dan berpihak pada korban.