UDB Surakarta Berikan Pendampingan IHT Kesetaraan Gender dan Pengimbasan Gamifikasi di SMA N 4 Surakarta
-
Kategori:
Berita Universitas
-
Tanggal:
27 November 2025
Ruang pertemuan SMA Negeri 4 Surakarta hari ini berdenyut seperti papan kontrol masa depan: penuh guru, penuh gagasan, dan penuh asa untuk membangun ekosistem sekolah yang lebih adil serta lebih inovatif. Dalam kegiatan In House Training (IHT) bertema “Penyusunan Kebijakan Kesetaraan Gender dan Pengimbasan Gamifikasi”, para pendidik diajak melangkah bersama menuju pembelajaran yang setara dan lebih adaptif terhadap perkembangan zaman.
Kepala SMA Negeri 4 Surakarta, Ibu Drarma Harmini, M.Si, membuka kegiatan dengan pesan yang beresonansi kuat di antara para peserta. Beliau menegaskan bahwa kesetaraan gender bukan sekadar slogan, tetapi kompas yang mengarahkan bagaimana proses pembelajaran harus berlangsung setiap hari.
Beliau menuturkan bahwa sekolah perlu terus memperkuat pemahaman dan praktik pendidikan yang inklusif, agar setiap siswa—apa pun latar belakang dan identitas gendernya—mendapat ruang yang adil untuk tumbuh. Sambutan itu mengalir seperti angin pembuka musim, menandai awal diskusi yang lebih dalam.
Sebagai narasumber, Ibu Sri Sumarlinda, S.Kom., M.Kom., Ph.D dari Universitas Duta Bangsa (UDB), hadir dengan materi yang memadukan data riset, dinamika sosial global, dan kebutuhan nyata dunia pendidikan. Dalam paparannya, beliau menggarisbawahi bahwa: Kesetaraan gender kini menjadi isu global, bukan hanya agenda nasional. Organisasi internasional, lembaga pendidikan, dan pemerintah di berbagai negara sedang memperkuat kerangka kebijakan untuk menghapus praktik ketidakadilan berbasis gender.
Riset terkini menunjukkan bahwa sekolah yang menerapkan kebijakan kesetaraan gender memiliki iklim pembelajaran yang lebih sehat, tingkat partisipasi siswa lebih tinggi, serta peningkatan pada motivasi belajar. Penyusunan kebijakan kesetaraan gender di sekolah bukan sekadar membuat dokumen, tetapi menciptakan komitmen institusi yang melembaga dalam budaya kerja, tata kelola kelas, hingga interaksi guru–siswa.
Materi kemudian bergeser pada pengimbasan gamifikasi, sebuah pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan elemen permainan untuk meningkatkan keterlibatan siswa. Menurut beliau, gamifikasi dapat menjadi jembatan kreatif untuk menanamkan nilai kesetaraan, karena desainnya memberi ruang bagi partisipasi yang setara, penghargaan berbasis usaha, dan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan.
IHT kali ini tak sekadar menjadi agenda rutin. Ia menjadi ruang refleksi kolektif—bahwa pendidikan bukan hanya soal menyampaikan materi, tetapi juga menata ulang cara kita memperlakukan setiap peserta didik. Para guru terlihat aktif berdiskusi, mencatat, dan berbagi pengalaman, seolah merangkai puzzle besar pendidikan yang lebih inklusif. Dengan kolaborasi SMA Negeri 4 Surakarta dan UDB, kegiatan ini menandai langkah baru: menyatukan kesetaraan gender dan inovasi pedagogis dalam satu tarikan napas perubahan.
IHT berakhir dengan komitmen bersama untuk menindaklanjuti hasil pelatihan menjadi kebijakan nyata di sekolah. Para peserta pulang membawa gagasan, namun juga membawa sesuatu yang lebih penting: kesadaran bahwa masa depan pendidikan adalah ruang tempat setiap anak dapat bersinar tanpa batas .